DASAR BUDIDAYA TANAMAN
TUGAS SURVEY TENTANG
SLPHT KOMODITAS PADI
“SLPHT PADI DESA NGINO, KECAMATAN PLEMAHAN”
Disusun oleh:
Arif Wahyu Setiawan
115040100113002
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
KEDIRI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses
pertumbuhan tanaman dan hewan. Selain itu, pertanian dapat diartikan juga
sebagai usaha membiakkan dan mengembangkan tumbuhan dan atau hewan dengan berbagai
faktor produksi. Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pembangunan
pertanian merupakan suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan
produksi dan sekaligus mempertinggi atau meningkatkan pendapatan bagi petani.
Dalam meningkatkan produktivitas usahatani bagi petani dapat dilakukan dengan
jalan memberikan tambahan modal dan ketrampilan. Penambahan produksi,
pendapatan maupun produktivitas harus berlangsung secara terus menerus. Untuk
itu tujuan dari pembangunan pertanian yang utama adalah meningkatkan produksi
pertanian yang memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
meningkatkan pendapatan petani.
Tanaman pangan dan hortikultura keberadaannya harus senantiasa terpenuhi,
karena tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu penghasil makanan
pokok bagi masyarakat Indonesia. Upaya pemerintah untuk melakukan swasembada
pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat saat ini semakin gencar
dilakukan salah satunya dengan Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
Hama dan penyakit tanaman padi merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi usaha meningkatkan produksi tanaman, oleh sebab itu usaha untuk
mengendalikan hama dan penyakit perlu ditingkatkan. Hal ini-pun telah
menjadi perhatian nasional sehingga usaha pengendalian hama dan penyakit
dimasukkan sebagai salah satu dari program panca usaha dalam budidaya tanaman
yang menurut Harveld (1992:40) empat usaha lainnya adalah penggunaan bibit
unggul, pengolahan tanah yang baik, pengairan yang baik dan pemupukan yang
seimbang.
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan pengetahuan
petani tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan, Pemerintah
Indonesia menyelenggarakan program khusus untuk petani melalui Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu atau SLPHT.
Melalui kegiatan progam SLPHT diharapkan petani lebih berdaya dan mampu
mengatasi permasalahannnya sendiri, terutama pengendalian hama dan penyakit
sejak dini apabila terjadi serangan hama dan penyakit di lahannya. Pendidikan
dan Pelatihan SLPHT diharapkan mampu mengubah petani dari berbudaya pasif tidak
berdaya menjadi berdaya aktif, kreatif, inovatif, dan berwawasan ilmiah.
Pengendalian Hama
Terpadu merupakan suatu sistem pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan
semua teknik pengendalian yang sesuai dan seserasi mungkin untuk mengurangi
populasi hama dan mempertahankannya pada suatu aras yang berada di bawah aras
populasi hama yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi.
Program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dikatakan
berhasil apabila tujuan dari program SLPHT dapat tercapai. Untuk mengetahui
keberhasilan program tersebut maka perlu dilakukan evaluasi, Evaluasi ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan program SLPHT telah
dilaksanakan. Dalam Praktikum kali ini akan mengevaluasi Program SLPHT yang di
selenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Pengendalian hama dan penyakit mempunyai peranan yang penting dalam
kegiatan produksi pertanian. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki petani menyebabkan kurangnya pengetahuan petani akan dampak atau
efek samping dari penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit
secara terus-menerus. Seringnya penggunaan pestisida dalam pengendalian hama
dan penyakit dapat menyebabkan produksi hasil pertanian gagal, hal ini
dikarenakan hama dan penyakit mengalami resistensi atau kebal terhadap
pestisida, resurgensi dan munculnya hama penyakit sekunder.
Prinsip dari penerapan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah menjadikan petani sebagai ahli PHT di
lahannya sendiri. Keahlian PHT diperoleh petani melalui kegiatan-kegiatan
pelatihan, seperti melalui progam kegiatan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu (SLPHT) dan diteruskan oleh petani di lahannya masing-masing atau
bersama-sama petani lain dalam kelompok.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam
program perlindungan tanaman di Indonesia, yang secara resmi tercantum pada
Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 1986, Undang Undang Nomor 12 tahun
1992 tentang Budidaya Tanaman (Wasiati, 2003:13). Di dalam kegiatan SLPHT
diharapkan ada perubahan dari mereka yang belum mengenal dan menerapkan
pengendalian hama secara terpadu dan biasanya hanya menggunakan pestisida, kini
menjadi petani yang mampu mengendalikan hama di lahannya sendiri secara terpadu
sesuai dengan apa yang didapatkan setelah mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
Namun yang sering terjadi adalah ketika program ini diselenggarakan oleh
pemerintah dimana ketersediaan sarana dan prasarana serta dana dan didampingi
oleh tenaga ahli maka program berhasil dilaksanakan dengan baik, tetapi ketika
program pendampingan sudah tidak ada lagi maka petani tidak lagi menerapkan
program SLPHT ini secara menyeluruh.
Program SLPHT dikatakan berhasil apabila tujuan dari program SLPHT
tersebut dapat dicapai dengan baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Berbagai hal yang perlu dikaji pada evaluasi progam SLPHT antara lain, kontek (context) meliputi beragam hal
mengenai kondisi masyarakat, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kondisi
sosial budayanya. Input meliputi beragam hal yaitu materi SLPHT
, tenaga pelaksana, fasilitas dan dana yang disediakan untuk pelaksanaan
program SLPHT. Proses (process) meliputi survey dasar, pertemuan,
musyawarah pra tanam, pembinaan petani penggerak, pelaksanaan SLPHT, lokakarya
dan hari lapang tani, dan produk (product) meliputi beragam hal antara lain
peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam mengamati OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) dan teknologi pengendaliannya, peningkatan kerjasama
kelompok dalam berusaha tani, dan peningkatan kualitas agro ekosistem
Evaluasi dengan model CIPP (Context, Input, Process, Product) ini
akan mampu mendeskripsikan semua unsur yang berperan dalam kegiatan program
dengan kekuatan dan kelemahannya, proses kegiatan program, kesenjangan dan
keterpaduan antar unsurnya, sehingga mampu menghasilkan saran yang bermanfaat
bagi perbaikan dan pengembangan program.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan evaluasi
pelaksanaan SL-PHT, ini bertujuan untuk mengetahui :
- Pelaksanaan SLPHT komoditas
padi terhadap peningkatan pengetahuan petani.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan SLPHT.
- Untuk mewujudkan petani
mandiri.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat atau
kegunaan yang diharapkan dari hasil evaluasi SL-PHT yang dituangkan ke dalam
tulisan ini adalah :
a. Manfaat secara teoritis :
- Mengembangkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan penulis melalui penulisan ilmiah.
- Mengembangkan ilmu khususnya
dalam bidang pendidikan dan pelatihan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu.
b. Manfaat secara praktis :
Informasi yang
diperoleh dari hasil Praktikum ini dijadikan bahan pertimbangan dan sumber data
bagi pihak terkait dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarkan luaskan hal-hal yang baru agar
masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu
kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi dan kemampuan-kemampuan baru,
agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang
seharusnya (Nasution, 1990).
Penyuluhan adalah
sistim pendidikan non formal tanpa paksaan menjadikan seseorang sadar dan yakin
bahwa sesuatu yang dianjurkan akan membawa ke arah perbaikan dari hal-hal yang
dikerjakan atau dilakukan sebelumnya (Samsudin, 1982).
Penyuluhan merupakan proses pendidikan. Program penyuluhan membantu petani
untuk meningkatkan pengetahuannya dari aspek pertanian, dan pemahaman petani
dalam biologi, phisik, dan proses ekonomi di dalam pertanian. Sasaran meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan petani adalah untuk membantu
petani menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mereka (Hawkins, Dunn dan
Carry, 1982).
Sifat pendidikan dalam
penyuluhan pertanian adalah non formal, artinya penyuluhan pertanian dapat
dilaksanakan atas dasar :
Ø
Tidak terbatas pada ruangan tertentu;
mengenai tempat dapat dipilih yang sesuai dengan keinginan petani dan dapat
dilakukan di mana saja.
Ø
Tidak mempunyai kurikulum tertentu;
penyebaran isi penyuluhan dan target waktunya ditentukan oleh tingkat kemampuan
petani.
2.2 Sekolah Lapang Pengendalian
Hama Terpadu (SLPHT)
Menurut Zamzaini (2007), SLPHT adalah pertemuan petani setiap seminggu
sekali untuk belajar mengenai pertanian dan permasalahannya serta mencari jalan
pemecahannya. Caranya adalah dengan mengamati tanaman (termasuk hama, musuh
alami, cuaca, tanah dan sebagainya), mencatat dan menggambar hasil pengamatan,
mendiskusikan hasil temuan, menyimpulkan dan merencanakan tindakan
selanjutnya. Setelah selesai melakukan kegiatan sekolah lapang selama satu
musim, petani ini membentuk kelompok yang berfungsi sebagai pusat informasi dan
Praktikum dalam upaya mengamankan hamparan, sehingga kelompok selalu melakukan
berbagai ujicoba untuk menemukan inovasi dalam rangka memecahkan masalah
persoalan yang sedang dihadapi.
SLPHT adalah suatu model percontohan latihan petani secara besar-besaran.
Tujuan dari kegiatan ini adalah unuk melatih petani sehingga mampu
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk dapat digunakan memecahkan
masalahnya sendiri terutama mengenai serangan organisme pengganggu tanaman,
selain itu diharapkan dapat menjadi ahli lapangan PHT sehingga mampu menerapkan
prinsip PHT, sekurang-kurangnya di lingkungan sawahnya sendiri (Untung, 1993).
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) adalah sekolah yang
diselenggarakan di lapangan. “Sekolah Lapangan” tersebut, seperti sekolah pada
umumnya, juga mempunyai kurikulum, sistem evaluasi belajar dan dilengkapi
dengan sertifikat kelulusan. Pada SLPHT tidak ada istilah murid dan guru,
tetapi istilahnya adalah peserta dan pemandu lapangan, karena dalam proses
belajarnya peserta dipandu untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan PHT
sendiri. SLPHT diikuti oleh 20 – 25 petani peserta yang belajar PHT bersama
dengan satu atau dua Pemandu Lapangan. Tempat belajar utama SLPHT adalah lahan
pertanian.
2.3 Ciri-ciri Sekolah
Lapangan Pengendalian Hama Terpadu
Ciri-ciri Sekolah
Lapangan Pengendalian Hama Terpadu adalah sebagai berikut :
- Petani dan Pemandu adalah warga belajar dan
saling menghormati;
- Perencanaan bersama oleh kelompok tani;
- Keputusan bersama oleh anggota kelompok tani;
- Cara belajar lewat pengalaman/Pendidikan Orang
Dewasa (Andragogi);
- Melakukan sendiri, mengalami sendiri, dan
menemukan sendiri;
- Materi pelatihan dan praktek terpadu di lapangan;
- Sarana belajar adalah lapangan usahatani
(Agroekosistem);
- Pelatihan selama satu siklus perkembangan tanaman
(sesuai fenologi tanaman);
- Kurikulum yang rinci dan terpadu;
- Sarana serta bahan mudah dan praktis, serba guna,
dan mudah diperoleh dari lapangan;
- Demokratis, kebersamaan, keselarasan,
partisipatif dan tanggung jawab.
Lahan/lapangan dan ekologi pertanian setempat yang hidup dan dinamis
merupakan sarana belajar utama, jika diperlukan sarana belajar lain, maka hanya
berupa ”Petunjuk Teknis”, yaitu petunjuk/pedoman langkah-langkah proses
belajar.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan Evaluasi Penyuluhan
Dengan Metode SL-PHT Padi di Desa Ngino pada tanggal 4 desember 2012 sampai 19 februari 2013.
Lokasi kegiatan bertempat di Desa Ngino, Kecamatan Plemahan,
Kabupaten Kediri.
3.2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Evaluasi Perilaku
Dengan Metode SL-PHT Padi adalah petani di Desa Ngino, Kecamatan Plemahan,
Kabupaten Kediri.
3.3. Materi Kegiatan
Materi kegiatan yang akan dilaksanakan
adalah evaluasi perilaku mengenai pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani
tentang pengendalian hama di Desa Ngino, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri.
Tetapi sebelumnya petugas melakukan penelusuran budaya (kultur) di daerah
tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari
hasil survey saya atau lebih tepatnya wawancara dan observasi dengan petugas
SLPHT di kecamatan saya. Petugas yang saya wawancarai bernama Bapak Mujib, beliau
satu-satunya petugas SLPHT di kecamatan
plemahan dan ternyata beliau lulusan dari UNIVERSITAS BRAWIJAYA.
SLPHT
adalah sekolah lapang pengendalian hama terpadu, SLPHT ini diperuntukan untuk
para petani. Dan dari program SLPHT ini diharapkan para petani tidak panik ketika terjadi serangan hama atau penyakit.
SLPHT ini bertujuan untuk menambah ilmu
pengetahuan (wawasan) para petani dan mewujudkan petani yang mandiri.
Dalam kegiatan SLPHT, masyarakat atau kelompok tani berkesempatan untuk
mengembangkan keahliannya melalui proses pelatihan selama 1 musim tanam/sesuai
fenologi tanaman padi. Kelompok tani SLPHT menganalisis agroekosistem di
lahan/lapangan, mendiskusikan dan mempresentasikan kemudian membuat keputusan
dan melaksanakannya.
Petani juga dapat belajar memecahkan permasalahannya melalui topik–topik
khusus dengan petunjuk lapangan, dan studi petani. Kemampuan berdiskusi,
pemecahan masalah, dan mengorganisir diri yang diperoleh melalui belajar dari
pengalaman merupakan kemampuan yang sangat penting dan dibutuhkan untuk melatih
petani lain. Pengalaman ini akan menjadi semakin sempurna apabila mereka kelak
memperoleh TOT kepemanduan, sehingga siap menjadi Petani Pemandu (Petandu)
SLPHT
Dalam SLPHT di desa ngino juga ada Game dan Postestnya untuk mengukur
seberapa paham para petani dengan semua ilmu yang telah dilakukan.
Ø Prinsip – Prinsip PHT Dalam SLPHT
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) bukanlah sebuah pesan atau paket kegiatan,
namun lebih daripada itu, PHT adalah sebuah strategi untuk mengelola
pertumbuhan tanaman dan lingkungannya, sehingga dapat memberikan keuntungan
yang maksimal.
Terdapat empat prinsip
manajemen yang mendasari PHT, sehingga dapat digunakan dimana saja sesuai
dengan keadaan lahan setempat. Adapun keempat prinsip tersebut adalah :
- Budidaya Tanaman Sehat
ü Pemilihan bibit sehat dari varietas tahan hama penyakit, dan sesuai dengan
kondisi setempat;
ü Pengolahan tanah yang baik, pengairan cukup, dan pemupukan berimbang;
ü Penyiangan gulma cukup.
- Pelestarian dan Pemanfaatan
Musuh Alami
ü Menemukan dan mengamati musuh alami teman petani di lahan;
ü Memelihara lingkungan lahan agar populasi musuh alami dapat berkembang.
Dalam pandangan PHT, dihindari penggunaan pestisida yang dapat membunuh musuh
alami.
ü
- Pengamatan Berkala/Mingguan
(Sesuai Fenologi Tanaman)
ü Mengamati tanaman, tanah, air, cuaca, hama, penyakit, tikus, gulma, dan
musuh alami;
ü Menganalisis keadaan agroekosistem dan membuat keputusan untuk pengelolaan
selanjutnya.
- Petani Ahli PHT
ü Dari prinsip-prinsip sebelumnya, diharapkan nantinya Petani sebagai manajer
menguasai PHT serta bertanggung jawab terhadap lahannya. Petani bisa
terampil dan tidak panik ketika OPT menyerang.
Ø
Proses Belajar Melalui Pengalaman Petani
Proses belajar dalam SLPHT mengikuti daur belajar melalui pengalaman, yaitu
melakuan (pengalaman), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan
(kembali melakukan).
Di dalam proses ini tidak ada murid dan guru. Bagi orang dewasa proses ini
penting karena mereka belajar dari dirinya/pengalamannya sendiri. Pemandu
lapangan hanya berperan membantu agar proses belajar berjalan dengan baik.
Orang akan lebih mudah berbicara tentang dirinya dan pengalaman
yang dia lakukan sendiri. Dalam SLPHT petani akan mengambil pengalamannya
sendiri, berarti memberi kesempatan mereka untuk partisipasi aktif dalam proses
belajar.
Petani lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan di lahannya daripada
pemandu lapangan. Dengan menanyakan pengalaman mereka pemandu lapangan
terhindar untuk melakukan ceramah di hadapan petani.
Ø
SLPHT Padi (Desa Ngino Kecamatan Plemahan)
Kelompok Tani “SUMBER BARU”
SLPHT Di Desa ini sangat berjalan dengan baik menurut penjelasan Pak Mujib
Karena waktu itu para petani didesa ini mayoritas menanam padi. Jadi para petani
sangat antusias untuk mengikuti SLPHT ini. Sebelumnya petugas menyewa dua petak
sawah seluas 0,15 ha dan 0,28 ha untuk media pengamatan.
Untuk menarik minat petani petugas memberikan uang saku sebesar Rp.20.000
setiap pertemuan untuk para petani yang mengikuti program ini. Di Desa ini ada
25 petani yang mengikuti program ini dan dibagi menjadi 5 kelompok, setiap
kelompoknya terdiri dari 5 orang.
Para petani Menanam Padi dan
diberikan wawasan tentang budidaya tanaman sehat, pendayagunaan musuh alami,
dan melakukan pengamatan mingguan. Dari setiap kegiatan tersebut diharapkan
petani terampil dalam pengendalian hama terpadu dan tidak panik ketika OPT
menyerang.
Pak mujib ini di Kecamatan Plemahan
menjadi petugas SLPHT , menurut beliau masih dua desa program ini dilakukan di
Plemahan. Yaitu di desa NGINO pada tahun 2013 dan SIDOWAREK pada tahun 2012.
Dari dua desa tersebut hasilnya pun berbeda, di desa Sidowarek hasilnya kurang
baik karena para petani kurang antusias dan serius mengikuti program ini (Mereka
hanya ingin mendapatkan uang saku Rp.20.000). Sedangkan, di desa Ngino hasilnya
sangat baik karena petani sangat antusias dan benar-benar mengikuti semua
kegiatan dengan baik dan mengerti.