Blogger Widgets>

Always Keep The Faith

Selasa, 05 November 2013

marmut merah jambu

Marmut merah jambu

Judul: Marmut Merah Jambu
Penulis: Raditya Dika
Penerbit: Bukune
Cetakan: I, tahun 2010
Jumlah Hal: 218


Secara garis besar, buku ini adalah soal cinta. Buku ini dimulai dari suatu usaha Raditya Dika untuk memahami apa itu cinta melalui introspeksi ke dalam-pengalaman pengalamannya, tentu saja dengan gaya komedi. Dan hasilnya, ternyata cinta memang tidak pernah dapat dimengerti. Alih-alih seperti belalang sembah jantan yang rela mati dan dimakan kepalanya oleh belalang sembah betina setiap kawin, penulis merasa seperti seekor marmut merah jambu yang terus menerus jatuh cinta, loncat dari satu relationship ke yang lainnya, mencoba berlari dan berlari dalam roda bernama cinta, seolah-olah maju, tapi tidak..karena sebenarnya jalan di tempat.
Apa yang coba dituliskan di buku Marmut Merah Jambu ini adalah tentang pengalaman satu orang, yang terkadang juga dirasakan “dalam kejadian yang berbeda” oleh orang lain. Dimuat dalam potongan-potongan cerita, tapi intinya tetaplah sama: tentang bagaimana manusia pacaran, tentang manusia jatuh cinta, tentang pengalaman jatuh cinta. Dari mulai bagaimana jatuh cinta dengan diam-diam, sampai naksir orang via chatting. Dari mulai susahnya mutusin cewek sampai ditaksir sama cewek aneh. Dari mulai kita nembak cewek, sampai akhirnya membuat janji seperti lazimnya orang pacaran lainnya, seperti: “kita bakalan kayak gini terus”. Janji yang terkadang gak bisa ditepati.
Tapi yang paling menarik adalah bagaimana dia bisa menempatkan kalimat-kalimat yang serius (dan barangkali mengingatkan kembali kepada pembaca lainnya mengenai pengalaman hidupnya sendiri) diantara cerita-cerita kocak yang dimuat. Beberapa yang menarik diantaranya (menurut pandangan saya tentunya) di hadirkan di bawah ini:
“orang yang jatuh cinta diam-diam tahu dengan detail semua informasi orang yang dia taksir, walaupun mereka belum pernah ketemu:…” (3)
"Seperti yang ditulis Oscar Wilde: ‘Seperti dua kapal yang berpapasan sewaktu badai, kita telah bersilang jalan satu sama lain; tapi kita tidak membuat sinyal, kita tidak mengucapkan sepatah kata pun, kita tidak punya apa pun untuk dikatakan’…
…Hampir semua orang yang jatuh cinta diam-diam pernah menelepon orang yang mereka taksir dan langsung menutup telponnya kembali. Hal yang membedakan paling hanya jam mereka menelpon” (7)
“orang yang jatuh cinta diam-diam harus bisa melanjutkan hidupnya dalam keheningan” (14)
“pada akhirnya orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka Cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh. Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya butuhkan. Dan sebenarnya yang kita butuhkan hanyalah merelakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.” (16)
“Katanya, ‘Kalau dia suka sama lo, pasti dia SMS selamat malam atau ucapan terima kasih. Kalo gak, yah enggak’. Gue mengiyakan.
Malam itu gue menunggu. Entah SMS, atau telpon. Satu jam berlalu. Masih belum ada, SMS itu. Masih belum ada, telepon itu.
Malam itu, tidak ada apa-apa.
Tidak satu SMS pun.” (79)
“..’hmmm, inget. Dikit’ kata gue.
Pada kenyataannya, gue inget semuanya.
Gue inget semua detail kecil yang mungkin dia lupa….” (83)
“bagaimana dengan para jomblo abadi, yang mungkin mati sendirian? Bagaimana dengan orang yang memilih untuk tidak pernah mencintai orang lain? Atau, ini yang paling parah: bagaimana dengan orang yang cintanya selalu bertepuk sebelah tangan?
Mereka punya nama untuk itu: unrequited love.
Unrequited love, atau cinta yang tak terbalas, adalah hal yang paling bisa bikin kita ngais tanah. Untuk tahu kalau cinta kita tak berbalas, rasanya seperti diberitahu bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut. Rasanya seperti diingatkan bahwa kita, memang tidak sempurna, atau setidaknya tidak cukup sempurna untuk orang tersebut.” (91)
“Bagaimana dua orang bisa bertemu dan jatuh cinta? Bagi sebagian orang sesimpel mereka sekelas di sekolah, satu meja di tempat les, atau sang guru membuat mereka duduk satu meja. Bagi sebagian yang lain, tidak sesimpel itu…..
…..Bagaimana orang bertemu memang aneh, absurd dan kompleks. Tidak ada yang tahu pasti kapan soulmate bisa datang” (143)
"Dan gue, baru tahu, bahwa satu kalimat yang ditulis oleh seseorang bisa membuat kita gak bisa tidur semalaman" (148)
“For other people they see me as a clown, but for you, I show you the human” (158)
“…Kita duduk di bagian belakang, sementara beberapa lagu jazz standard dimainkan dengan perlahan-lahan. Gue menyender, dia juga menyender. Gua ingin memegang tangannya tapi tidak berani untuk membuat first move. Buat cowok, menunggu waktu yang pas untuk memegang tangan si cewek perlu kelihaian. Kalau kita memegang tangannya kecepetan, si cewek bisa-bisa ilfil. Kalau kita kelamaan, kita melewatkan kesempatan untuk membuat si cewek merasa diperhatikan….” (159-160)
“Lalu gue menghela napas, duduk di sebelahnya dengan manis.Diam dalam kenyamanan. Tanpa kata-kata, gue mencoba untuk mengkomunikasikan bahwa gue, sudah jatuh kepada dia.” (161)

" Gue menyebut ini sebagai sebuah cosmological coincidence, atau kebetulan kosmos, kebetulan yang dirancang oleh alam semesta. Semesta telah mengatur pertemuan kita. Lebih jauh lagi gue gak percaya pada kebetulan, gue lebih percaya pada pertemuan yang direncanakan diam-diam. Masing-masing dari kita punya garis kehidupan yang telah digambarkan. Dan masing-masing dari kita, kalau diizinkan, akan saling bersinggungan." (163)

marmut manis



Memory>>>>....^_^





Selasa, 02 Juli 2013

luka abadi pembentuk pribadi

LUKA  ABADI
PEMBENTUK PRIBADI


     Sakit yang saya rasakan ini mungkin sebagian dari jalan hidup yang wajib saya hadapi .. :’) . Semuanya kejadian yang saya alami menyisakan LUKA yang ABADI dan membentuk pribadi yang kuat. Mungkin semua rasa sakit dari kecil sampai dewasa ini adalah guru yang secara tidak langsung memberikan pelajaran hidup dan menjadikan pribadi saya jadi lebih dewasa.
Ini bermulai saat umurku sekitar 7 tahun sering mendapat cacian dan dipandang sebelah mata oleh orang lain karena memang keadaan fisikku beda dari yang lain (kurang sempurna). Memang keadaan seperti ini sering aku terima dan sering melihat kedua orang tuaku bertengkar karena keegoisan keduanya. Dari semua pengalaman itu membuat mental dan kesabaranku menjadi lebih kuat, Namun jujur sebelum pribadi saya terbentuk seperti ini kenyataan yang harus saya hadapi sungguhlah berat “Tak jarang ribuan tetes air mata setiap harinya keluar”_”.
Kemudian saat saya menginjak usia dewasa semua kekurangan saya dapat tertupi dengan semangat saya dan akhirnya saya dapat membuat pandangan orang-orang ke saya menjadi biasa selayaknya manusia normal’(Rasa sakit yang saya tutupi dengan senyuman^_^). Titik terendah proses pembentukan pribadi saya akhirnya terjadi saat saya di terima untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di jawa timur. Waktu diperjalanan berangkat saat mau mencari kost, saya mengalami suatu musibah tragis yang sangat ironis. Saat itu banyak orang dan media yang mengabarkan kalau saya sudah tewas. Tapi, alhamdulillah TUHAN masih memberikan kesempatan hidup yang kedua untuk saya dan dari sinilah awal proses pembentukan pribadi yang dewasa seorang ARIF WAHYU SETIAWAN yang berbalik 180 derajat.
Waktu saya membuka mata saya melihat tubuh saya terbaring lemah di umah sakit dan banyak orang yang menangis disamping itu (termasuk orang tua saya). Saya bingung dengan kejadian yang saya alami ini rasanya sep[erti mimpi dan yang membuat saya meneteskan air mata saya itu adalah saat saya ingin memeluk ibu saya yang sedang menangis namun seakan-akan saya tidak mempunyai tubuh (hanya punya mata untuk melihat semuanya, tapi tidak bisa mengontrolnya). Waktu berlalu dengan cepat dan tiba-tiba saya ada dirumah dengan luka dipaha , engkel dan rahang. Dari cerita saudara saya ternyata saya sempat koma 1 minggu dan setelah sadar saya amnesia selama 2 minggu, Tapi syukurlah setiba dirumah ingatan saya langsung normal. Waktu itu saya merasakan yang namanya “Hidup yang tak mempunyai arti dan tujuan” dan moment-moment itu sempat membuat saya putus asa ingin mengakhiri hidup saya yang sudah tak mempunyai arti lagi (bayangkan saja paha,engkel,rahang patah selama 4 bulan diatas kasur dan selama 2 bulan tidak boleh makan karena rahang patah). Tapi, berkat motivasi dari keluarga dan teman-teman saya akhirnya semangat untuk sembuh bangkit dan mengalahkan rasa sakit saya.
Akhirnya 8 bulan berlalu dan saat kontrol terakhir  kedokter saya sangat bersemangat dan berharap bisa melakukan aktivitas dengan normal seperti sedia kala. Namun kenyataan berkata lain, dokter menvonis saya tidak boleh berlari dan saya tidak akan bisa beraktivitas normal seperti sedia kala karena ada kelainan di tulang saya “kekurangan yang sejak kecil saya rasakan dan selalu menutupi kekurangan ini dengan senyum semangat :’)” . Semangat saya langsung sirna seketika itu karena saya merasa menjadi manusia paling tidak sempurna didunia. Namun saya mencoba melihat sekitar saya ternyata masih banyak yang mendapat musibah lebih parah dari saya tapi tetap semangat untuk menjalani hidup. Mulai dari itu saya berusaha mencoba menikmati rasa sakit saat berjalan dan tetap bersugesti positif bahwa saya ini SEHAT JASMANI DAN ROHANI. Sehingga prbadi saya menjadi lebih kuat dan saya ingin kesempatan hidup kedua ini lebih bermanfaat bagi semua orang ^_^.


ALWAYS KEEP THE FAITH ^_^
 


       


Arif Wahyu Setiawan      30 Juni 2013 (00:58)

                                     

Rabu, 19 Juni 2013

SLPHT KECAMATAN PLEMAHAN

DASAR BUDIDAYA TANAMAN

TUGAS SURVEY TENTANG SLPHT KOMODITAS PADI
SLPHT PADI DESA NGINO, KECAMATAN PLEMAHAN

Disusun oleh:
Arif Wahyu Setiawan
115040100113002


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
 FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KEDIRI
2013



BAB I
PENDAHULUAN


 1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Selain itu, pertanian dapat diartikan juga sebagai usaha membiakkan dan mengembangkan tumbuhan dan atau hewan dengan berbagai faktor produksi. Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pembangunan pertanian merupakan  suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan sekaligus mempertinggi atau meningkatkan pendapatan bagi petani. Dalam meningkatkan produktivitas usahatani bagi petani dapat dilakukan dengan jalan memberikan tambahan modal dan ketrampilan. Penambahan produksi, pendapatan maupun produktivitas harus berlangsung secara terus menerus. Untuk itu tujuan dari pembangunan pertanian yang utama adalah meningkatkan produksi pertanian yang memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan pendapatan petani.
Tanaman pangan dan hortikultura keberadaannya harus senantiasa terpenuhi, karena tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu penghasil makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Upaya pemerintah untuk melakukan swasembada pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat saat ini semakin gencar dilakukan salah satunya dengan Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
Hama dan penyakit tanaman padi merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi usaha meningkatkan produksi tanaman, oleh sebab itu usaha untuk mengendalikan  hama dan penyakit perlu ditingkatkan. Hal ini-pun telah menjadi perhatian nasional sehingga usaha pengendalian hama dan penyakit dimasukkan sebagai salah satu dari program panca usaha dalam budidaya tanaman yang menurut Harveld (1992:40) empat usaha lainnya adalah penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pengairan yang baik dan pemupukan yang seimbang.
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan pengetahuan petani  tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan, Pemerintah Indonesia menyelenggarakan program khusus untuk petani melalui Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu atau SLPHT.
Melalui kegiatan progam SLPHT diharapkan petani lebih berdaya dan mampu mengatasi permasalahannnya sendiri, terutama pengendalian hama dan penyakit sejak dini apabila terjadi serangan hama dan penyakit di lahannya. Pendidikan dan Pelatihan SLPHT diharapkan mampu mengubah petani dari berbudaya pasif tidak berdaya menjadi berdaya aktif, kreatif, inovatif, dan berwawasan ilmiah.
Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu sistem pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai dan seserasi mungkin untuk mengurangi populasi hama dan mempertahankannya pada suatu aras yang berada di bawah aras populasi hama yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi.
Program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dikatakan berhasil apabila tujuan dari program SLPHT dapat tercapai. Untuk mengetahui keberhasilan program tersebut maka perlu dilakukan evaluasi, Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan program SLPHT telah dilaksanakan. Dalam Praktikum kali ini akan mengevaluasi Program SLPHT yang di selenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Pengendalian hama dan penyakit mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan produksi pertanian. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani menyebabkan kurangnya pengetahuan petani akan  dampak atau efek samping dari penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit secara terus-menerus. Seringnya penggunaan pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit dapat menyebabkan produksi hasil pertanian gagal, hal ini dikarenakan hama dan penyakit mengalami resistensi atau kebal terhadap pestisida, resurgensi dan munculnya hama penyakit sekunder.
Prinsip dari penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah menjadikan petani sebagai ahli PHT di lahannya sendiri. Keahlian PHT diperoleh petani melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, seperti melalui progam kegiatan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan diteruskan oleh petani di lahannya masing-masing atau bersama-sama petani lain dalam kelompok.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam program perlindungan tanaman di Indonesia, yang secara resmi tercantum pada Instruksi Presiden  Nomor 3 tahun 1986, Undang Undang  Nomor 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman (Wasiati, 2003:13). Di dalam kegiatan SLPHT diharapkan ada perubahan dari mereka yang belum mengenal dan menerapkan pengendalian hama secara terpadu dan biasanya hanya menggunakan pestisida, kini menjadi petani yang mampu mengendalikan hama di lahannya sendiri secara terpadu sesuai dengan apa yang didapatkan setelah mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
Namun yang sering terjadi adalah ketika program ini diselenggarakan oleh pemerintah dimana ketersediaan sarana dan prasarana serta dana dan didampingi oleh tenaga ahli maka program berhasil dilaksanakan dengan baik, tetapi ketika program pendampingan sudah tidak ada lagi maka petani tidak lagi menerapkan program SLPHT ini secara menyeluruh.
Program SLPHT dikatakan berhasil  apabila tujuan dari program SLPHT tersebut dapat dicapai dengan baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Berbagai hal yang perlu dikaji pada evaluasi progam SLPHT antara lain, kontek (context) meliputi beragam hal mengenai kondisi masyarakat, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kondisi sosial budayanya. Input meliputi beragam hal yaitu materi SLPHT , tenaga pelaksana, fasilitas dan dana yang disediakan untuk pelaksanaan program SLPHT. Proses (process) meliputi survey dasar, pertemuan, musyawarah pra tanam, pembinaan petani penggerak, pelaksanaan SLPHT, lokakarya dan hari lapang tani, dan produk (product) meliputi beragam hal antara lain peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam mengamati OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dan teknologi pengendaliannya, peningkatan kerjasama kelompok dalam berusaha tani, dan peningkatan kualitas agro ekosistem
Evaluasi dengan model CIPP (Context, Input, Process, Product) ini akan mampu mendeskripsikan semua unsur yang berperan dalam kegiatan program dengan kekuatan dan kelemahannya, proses kegiatan program, kesenjangan dan keterpaduan antar unsurnya, sehingga mampu menghasilkan saran yang bermanfaat bagi perbaikan dan pengembangan program.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan evaluasi pelaksanaan SL-PHT, ini bertujuan untuk mengetahui :
  1. Pelaksanaan SLPHT komoditas padi terhadap peningkatan pengetahuan petani.
  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan SLPHT.
  3. Untuk mewujudkan petani mandiri.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat atau kegunaan yang diharapkan dari hasil evaluasi SL-PHT yang dituangkan ke dalam tulisan ini adalah :

a.   Manfaat secara teoritis :
  1. Mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan penulis melalui penulisan ilmiah.
  2. Mengembangkan ilmu khususnya dalam bidang pendidikan dan pelatihan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu.
b.  Manfaat secara praktis :

Informasi yang diperoleh dari hasil Praktikum ini dijadikan bahan pertimbangan dan sumber data bagi pihak terkait dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



2.1.   Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarkan luaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi dan kemampuan-kemampuan baru, agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya (Nasution, 1990).
Penyuluhan adalah sistim pendidikan non formal tanpa paksaan menjadikan seseorang sadar dan yakin bahwa sesuatu yang dianjurkan akan membawa ke arah perbaikan dari hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan sebelumnya (Samsudin, 1982).
Penyuluhan merupakan proses pendidikan. Program penyuluhan membantu petani untuk meningkatkan pengetahuannya dari aspek pertanian, dan pemahaman petani dalam biologi, phisik, dan proses ekonomi di dalam pertanian. Sasaran meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan petani adalah untuk membantu petani menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mereka (Hawkins, Dunn dan Carry, 1982).
Sifat pendidikan dalam penyuluhan pertanian adalah non formal, artinya penyuluhan pertanian dapat dilaksanakan atas dasar :
Ø  Tidak terbatas pada ruangan tertentu; mengenai tempat dapat dipilih yang sesuai dengan keinginan petani dan dapat dilakukan di mana saja.
Ø  Tidak mempunyai kurikulum tertentu; penyebaran isi penyuluhan dan target waktunya ditentukan oleh tingkat kemampuan petani.

2.2 Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

Menurut Zamzaini (2007), SLPHT adalah pertemuan petani setiap seminggu sekali untuk belajar mengenai pertanian dan permasalahannya serta mencari jalan pemecahannya. Caranya adalah dengan mengamati tanaman (termasuk hama, musuh alami, cuaca, tanah dan sebagainya), mencatat dan menggambar hasil pengamatan, mendiskusikan hasil temuan, menyimpulkan dan merencanakan  tindakan selanjutnya. Setelah selesai melakukan kegiatan sekolah lapang selama satu musim, petani ini membentuk kelompok yang berfungsi sebagai pusat informasi dan Praktikum dalam upaya mengamankan hamparan, sehingga kelompok selalu melakukan berbagai ujicoba untuk menemukan inovasi dalam rangka memecahkan masalah persoalan yang sedang dihadapi.
SLPHT adalah suatu model percontohan latihan petani secara besar-besaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah unuk melatih petani sehingga mampu meningkatkan  kemampuan dan pengetahuan untuk dapat digunakan memecahkan masalahnya sendiri terutama mengenai serangan organisme pengganggu tanaman, selain itu diharapkan dapat menjadi ahli lapangan PHT sehingga mampu menerapkan prinsip PHT, sekurang-kurangnya di lingkungan sawahnya sendiri (Untung, 1993).
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) adalah sekolah yang diselenggarakan di lapangan. “Sekolah Lapangan” tersebut, seperti sekolah pada umumnya, juga mempunyai kurikulum, sistem evaluasi belajar dan dilengkapi dengan sertifikat kelulusan. Pada SLPHT tidak ada istilah murid dan guru, tetapi istilahnya adalah peserta dan pemandu lapangan, karena dalam proses belajarnya peserta dipandu untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan PHT sendiri. SLPHT diikuti oleh 20 – 25 petani peserta yang belajar PHT bersama dengan satu atau dua Pemandu Lapangan. Tempat belajar utama SLPHT adalah lahan pertanian.

2.3 Ciri-ciri Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu
Ciri-ciri Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu adalah sebagai berikut :
  • Petani dan Pemandu adalah warga belajar dan saling menghormati;
  • Perencanaan bersama oleh kelompok tani;
  • Keputusan bersama oleh anggota kelompok tani;
  • Cara belajar lewat pengalaman/Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi);
  • Melakukan sendiri, mengalami sendiri, dan menemukan sendiri;
  • Materi pelatihan dan praktek terpadu di lapangan;
  • Sarana belajar adalah lapangan usahatani (Agroekosistem);
  • Pelatihan selama satu siklus perkembangan tanaman (sesuai fenologi tanaman);
  • Kurikulum yang rinci dan terpadu;
  • Sarana serta bahan mudah dan praktis, serba guna, dan mudah  diperoleh dari lapangan;
  • Demokratis,  kebersamaan, keselarasan, partisipatif dan tanggung jawab.
Lahan/lapangan dan ekologi pertanian setempat yang hidup dan dinamis merupakan sarana belajar utama, jika diperlukan sarana belajar lain, maka hanya berupa ”Petunjuk Teknis”, yaitu petunjuk/pedoman langkah-langkah proses belajar.



BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1.   Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan Evaluasi Penyuluhan Dengan Metode SL-PHT Padi di Desa Ngino pada tanggal  4 desember 2012 sampai  19 februari 2013.
Lokasi kegiatan bertempat di Desa Ngino, Kecamatan Plemahan,  Kabupaten Kediri.

3.2.   Sasaran

Sasaran dari kegiatan Evaluasi Perilaku Dengan Metode SL-PHT Padi adalah petani di Desa Ngino, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri.

3.3.   Materi Kegiatan

Materi kegiatan yang akan dilaksanakan adalah evaluasi perilaku mengenai pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani tentang pengendalian hama di Desa Ngino, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri. Tetapi sebelumnya petugas melakukan penelusuran budaya (kultur) di daerah tersebut.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


            Dari hasil survey saya atau lebih tepatnya wawancara dan observasi dengan petugas SLPHT di kecamatan saya. Petugas yang saya wawancarai bernama Bapak Mujib, beliau satu-satunya  petugas SLPHT di kecamatan plemahan dan ternyata beliau lulusan dari UNIVERSITAS BRAWIJAYA.
            SLPHT adalah sekolah lapang pengendalian hama terpadu, SLPHT ini diperuntukan untuk para petani. Dan dari program SLPHT ini diharapkan para petani tidak panik  ketika terjadi serangan hama atau penyakit. SLPHT ini bertujuan untuk  menambah ilmu pengetahuan (wawasan) para petani dan mewujudkan petani yang mandiri.
            Dalam kegiatan SLPHT, masyarakat atau kelompok tani berkesempatan untuk mengembangkan keahliannya melalui proses pelatihan selama 1 musim tanam/sesuai fenologi tanaman padi. Kelompok tani SLPHT menganalisis agroekosistem di lahan/lapangan, mendiskusikan dan mempresentasikan kemudian membuat keputusan dan melaksanakannya.
Petani juga dapat belajar memecahkan permasalahannya melalui topik–topik khusus dengan petunjuk lapangan, dan studi petani. Kemampuan berdiskusi, pemecahan masalah, dan mengorganisir diri yang diperoleh melalui belajar dari pengalaman merupakan kemampuan yang sangat penting dan dibutuhkan untuk melatih petani lain. Pengalaman ini akan menjadi semakin sempurna apabila mereka kelak memperoleh TOT kepemanduan, sehingga siap menjadi Petani Pemandu (Petandu) SLPHT
Dalam SLPHT di desa ngino juga ada Game dan Postestnya untuk mengukur seberapa paham para petani dengan semua ilmu yang telah dilakukan.


Ø Prinsip – Prinsip PHT Dalam SLPHT
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) bukanlah sebuah pesan atau paket kegiatan, namun lebih daripada itu, PHT adalah sebuah strategi untuk mengelola pertumbuhan tanaman dan lingkungannya, sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal.
Terdapat empat prinsip manajemen yang mendasari PHT, sehingga dapat digunakan dimana saja sesuai dengan keadaan lahan setempat.  Adapun keempat prinsip tersebut adalah :
  1. Budidaya Tanaman Sehat
ü  Pemilihan bibit sehat dari varietas tahan hama penyakit, dan sesuai dengan kondisi setempat;
ü  Pengolahan tanah yang baik, pengairan cukup, dan pemupukan berimbang;
ü  Penyiangan gulma cukup.
  1. Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh Alami
ü  Menemukan dan mengamati musuh alami teman petani di lahan;
ü  Memelihara lingkungan lahan agar populasi musuh alami dapat berkembang. Dalam pandangan PHT, dihindari penggunaan pestisida yang dapat membunuh musuh alami.
ü   
  1. Pengamatan Berkala/Mingguan (Sesuai Fenologi Tanaman)
ü  Mengamati tanaman, tanah, air, cuaca, hama, penyakit, tikus, gulma, dan musuh alami;
ü  Menganalisis keadaan agroekosistem dan membuat keputusan untuk pengelolaan selanjutnya.
  1. Petani Ahli PHT 
ü  Dari prinsip-prinsip sebelumnya, diharapkan nantinya Petani sebagai manajer menguasai PHT serta bertanggung jawab terhadap  lahannya. Petani bisa terampil dan tidak panik ketika OPT menyerang.




Ø  Proses Belajar Melalui Pengalaman Petani
Proses belajar dalam SLPHT mengikuti daur belajar melalui pengalaman, yaitu melakuan (pengalaman), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (kembali melakukan).
Di dalam proses ini tidak ada murid dan guru. Bagi orang dewasa proses ini penting karena mereka belajar dari dirinya/pengalamannya sendiri. Pemandu lapangan hanya berperan membantu agar proses belajar berjalan dengan baik.
Orang akan lebih mudah berbicara tentang  dirinya  dan pengalaman yang dia lakukan  sendiri. Dalam SLPHT petani akan mengambil pengalamannya sendiri, berarti memberi kesempatan mereka untuk partisipasi aktif dalam proses belajar.
Petani lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan di lahannya daripada pemandu lapangan. Dengan menanyakan pengalaman mereka pemandu lapangan terhindar untuk melakukan ceramah di hadapan petani.

Ø  SLPHT Padi (Desa Ngino Kecamatan Plemahan)
Kelompok Tani “SUMBER BARU”

SLPHT Di Desa ini sangat berjalan dengan baik menurut penjelasan Pak Mujib Karena waktu itu para petani didesa ini mayoritas menanam padi. Jadi para petani sangat antusias untuk mengikuti SLPHT ini. Sebelumnya petugas menyewa dua petak sawah seluas 0,15 ha dan 0,28 ha untuk media pengamatan.
Untuk menarik minat petani petugas memberikan uang saku sebesar Rp.20.000 setiap pertemuan untuk para petani yang mengikuti program ini. Di Desa ini ada 25 petani yang mengikuti program ini dan dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari 5 orang.
            Para petani Menanam Padi dan diberikan wawasan tentang budidaya tanaman sehat, pendayagunaan musuh alami, dan melakukan pengamatan mingguan. Dari setiap kegiatan tersebut diharapkan petani terampil dalam pengendalian hama terpadu dan tidak panik ketika OPT menyerang.
            Pak mujib ini di Kecamatan Plemahan menjadi petugas SLPHT , menurut beliau masih dua desa program ini dilakukan di Plemahan. Yaitu di desa NGINO pada tahun 2013 dan SIDOWAREK pada tahun 2012. Dari dua desa tersebut hasilnya pun berbeda, di desa Sidowarek hasilnya kurang baik karena para petani kurang antusias dan serius mengikuti program ini (Mereka hanya ingin mendapatkan uang saku Rp.20.000). Sedangkan, di desa Ngino hasilnya sangat baik karena petani sangat antusias dan benar-benar mengikuti semua kegiatan dengan baik dan mengerti.