Blogger Widgets>

Always Keep The Faith

Rabu, 19 Juni 2013

SLPHT KECAMATAN PLEMAHAN

DASAR BUDIDAYA TANAMAN

TUGAS SURVEY TENTANG SLPHT KOMODITAS PADI
SLPHT PADI DESA NGINO, KECAMATAN PLEMAHAN

Disusun oleh:
Arif Wahyu Setiawan
115040100113002


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
 FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KEDIRI
2013



BAB I
PENDAHULUAN


 1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Selain itu, pertanian dapat diartikan juga sebagai usaha membiakkan dan mengembangkan tumbuhan dan atau hewan dengan berbagai faktor produksi. Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pembangunan pertanian merupakan  suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan sekaligus mempertinggi atau meningkatkan pendapatan bagi petani. Dalam meningkatkan produktivitas usahatani bagi petani dapat dilakukan dengan jalan memberikan tambahan modal dan ketrampilan. Penambahan produksi, pendapatan maupun produktivitas harus berlangsung secara terus menerus. Untuk itu tujuan dari pembangunan pertanian yang utama adalah meningkatkan produksi pertanian yang memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan pendapatan petani.
Tanaman pangan dan hortikultura keberadaannya harus senantiasa terpenuhi, karena tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu penghasil makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Upaya pemerintah untuk melakukan swasembada pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat saat ini semakin gencar dilakukan salah satunya dengan Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
Hama dan penyakit tanaman padi merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi usaha meningkatkan produksi tanaman, oleh sebab itu usaha untuk mengendalikan  hama dan penyakit perlu ditingkatkan. Hal ini-pun telah menjadi perhatian nasional sehingga usaha pengendalian hama dan penyakit dimasukkan sebagai salah satu dari program panca usaha dalam budidaya tanaman yang menurut Harveld (1992:40) empat usaha lainnya adalah penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pengairan yang baik dan pemupukan yang seimbang.
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan pengetahuan petani  tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan, Pemerintah Indonesia menyelenggarakan program khusus untuk petani melalui Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu atau SLPHT.
Melalui kegiatan progam SLPHT diharapkan petani lebih berdaya dan mampu mengatasi permasalahannnya sendiri, terutama pengendalian hama dan penyakit sejak dini apabila terjadi serangan hama dan penyakit di lahannya. Pendidikan dan Pelatihan SLPHT diharapkan mampu mengubah petani dari berbudaya pasif tidak berdaya menjadi berdaya aktif, kreatif, inovatif, dan berwawasan ilmiah.
Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu sistem pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai dan seserasi mungkin untuk mengurangi populasi hama dan mempertahankannya pada suatu aras yang berada di bawah aras populasi hama yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi.
Program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dikatakan berhasil apabila tujuan dari program SLPHT dapat tercapai. Untuk mengetahui keberhasilan program tersebut maka perlu dilakukan evaluasi, Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan program SLPHT telah dilaksanakan. Dalam Praktikum kali ini akan mengevaluasi Program SLPHT yang di selenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Pengendalian hama dan penyakit mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan produksi pertanian. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani menyebabkan kurangnya pengetahuan petani akan  dampak atau efek samping dari penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit secara terus-menerus. Seringnya penggunaan pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit dapat menyebabkan produksi hasil pertanian gagal, hal ini dikarenakan hama dan penyakit mengalami resistensi atau kebal terhadap pestisida, resurgensi dan munculnya hama penyakit sekunder.
Prinsip dari penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah menjadikan petani sebagai ahli PHT di lahannya sendiri. Keahlian PHT diperoleh petani melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, seperti melalui progam kegiatan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan diteruskan oleh petani di lahannya masing-masing atau bersama-sama petani lain dalam kelompok.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam program perlindungan tanaman di Indonesia, yang secara resmi tercantum pada Instruksi Presiden  Nomor 3 tahun 1986, Undang Undang  Nomor 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman (Wasiati, 2003:13). Di dalam kegiatan SLPHT diharapkan ada perubahan dari mereka yang belum mengenal dan menerapkan pengendalian hama secara terpadu dan biasanya hanya menggunakan pestisida, kini menjadi petani yang mampu mengendalikan hama di lahannya sendiri secara terpadu sesuai dengan apa yang didapatkan setelah mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
Namun yang sering terjadi adalah ketika program ini diselenggarakan oleh pemerintah dimana ketersediaan sarana dan prasarana serta dana dan didampingi oleh tenaga ahli maka program berhasil dilaksanakan dengan baik, tetapi ketika program pendampingan sudah tidak ada lagi maka petani tidak lagi menerapkan program SLPHT ini secara menyeluruh.
Program SLPHT dikatakan berhasil  apabila tujuan dari program SLPHT tersebut dapat dicapai dengan baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Berbagai hal yang perlu dikaji pada evaluasi progam SLPHT antara lain, kontek (context) meliputi beragam hal mengenai kondisi masyarakat, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kondisi sosial budayanya. Input meliputi beragam hal yaitu materi SLPHT , tenaga pelaksana, fasilitas dan dana yang disediakan untuk pelaksanaan program SLPHT. Proses (process) meliputi survey dasar, pertemuan, musyawarah pra tanam, pembinaan petani penggerak, pelaksanaan SLPHT, lokakarya dan hari lapang tani, dan produk (product) meliputi beragam hal antara lain peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam mengamati OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dan teknologi pengendaliannya, peningkatan kerjasama kelompok dalam berusaha tani, dan peningkatan kualitas agro ekosistem
Evaluasi dengan model CIPP (Context, Input, Process, Product) ini akan mampu mendeskripsikan semua unsur yang berperan dalam kegiatan program dengan kekuatan dan kelemahannya, proses kegiatan program, kesenjangan dan keterpaduan antar unsurnya, sehingga mampu menghasilkan saran yang bermanfaat bagi perbaikan dan pengembangan program.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan evaluasi pelaksanaan SL-PHT, ini bertujuan untuk mengetahui :
  1. Pelaksanaan SLPHT komoditas padi terhadap peningkatan pengetahuan petani.
  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan SLPHT.
  3. Untuk mewujudkan petani mandiri.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat atau kegunaan yang diharapkan dari hasil evaluasi SL-PHT yang dituangkan ke dalam tulisan ini adalah :

a.   Manfaat secara teoritis :
  1. Mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan penulis melalui penulisan ilmiah.
  2. Mengembangkan ilmu khususnya dalam bidang pendidikan dan pelatihan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu.
b.  Manfaat secara praktis :

Informasi yang diperoleh dari hasil Praktikum ini dijadikan bahan pertimbangan dan sumber data bagi pihak terkait dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



2.1.   Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarkan luaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi dan kemampuan-kemampuan baru, agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya (Nasution, 1990).
Penyuluhan adalah sistim pendidikan non formal tanpa paksaan menjadikan seseorang sadar dan yakin bahwa sesuatu yang dianjurkan akan membawa ke arah perbaikan dari hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan sebelumnya (Samsudin, 1982).
Penyuluhan merupakan proses pendidikan. Program penyuluhan membantu petani untuk meningkatkan pengetahuannya dari aspek pertanian, dan pemahaman petani dalam biologi, phisik, dan proses ekonomi di dalam pertanian. Sasaran meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan petani adalah untuk membantu petani menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mereka (Hawkins, Dunn dan Carry, 1982).
Sifat pendidikan dalam penyuluhan pertanian adalah non formal, artinya penyuluhan pertanian dapat dilaksanakan atas dasar :
Ø  Tidak terbatas pada ruangan tertentu; mengenai tempat dapat dipilih yang sesuai dengan keinginan petani dan dapat dilakukan di mana saja.
Ø  Tidak mempunyai kurikulum tertentu; penyebaran isi penyuluhan dan target waktunya ditentukan oleh tingkat kemampuan petani.

2.2 Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

Menurut Zamzaini (2007), SLPHT adalah pertemuan petani setiap seminggu sekali untuk belajar mengenai pertanian dan permasalahannya serta mencari jalan pemecahannya. Caranya adalah dengan mengamati tanaman (termasuk hama, musuh alami, cuaca, tanah dan sebagainya), mencatat dan menggambar hasil pengamatan, mendiskusikan hasil temuan, menyimpulkan dan merencanakan  tindakan selanjutnya. Setelah selesai melakukan kegiatan sekolah lapang selama satu musim, petani ini membentuk kelompok yang berfungsi sebagai pusat informasi dan Praktikum dalam upaya mengamankan hamparan, sehingga kelompok selalu melakukan berbagai ujicoba untuk menemukan inovasi dalam rangka memecahkan masalah persoalan yang sedang dihadapi.
SLPHT adalah suatu model percontohan latihan petani secara besar-besaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah unuk melatih petani sehingga mampu meningkatkan  kemampuan dan pengetahuan untuk dapat digunakan memecahkan masalahnya sendiri terutama mengenai serangan organisme pengganggu tanaman, selain itu diharapkan dapat menjadi ahli lapangan PHT sehingga mampu menerapkan prinsip PHT, sekurang-kurangnya di lingkungan sawahnya sendiri (Untung, 1993).
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) adalah sekolah yang diselenggarakan di lapangan. “Sekolah Lapangan” tersebut, seperti sekolah pada umumnya, juga mempunyai kurikulum, sistem evaluasi belajar dan dilengkapi dengan sertifikat kelulusan. Pada SLPHT tidak ada istilah murid dan guru, tetapi istilahnya adalah peserta dan pemandu lapangan, karena dalam proses belajarnya peserta dipandu untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan PHT sendiri. SLPHT diikuti oleh 20 – 25 petani peserta yang belajar PHT bersama dengan satu atau dua Pemandu Lapangan. Tempat belajar utama SLPHT adalah lahan pertanian.

2.3 Ciri-ciri Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu
Ciri-ciri Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu adalah sebagai berikut :
  • Petani dan Pemandu adalah warga belajar dan saling menghormati;
  • Perencanaan bersama oleh kelompok tani;
  • Keputusan bersama oleh anggota kelompok tani;
  • Cara belajar lewat pengalaman/Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi);
  • Melakukan sendiri, mengalami sendiri, dan menemukan sendiri;
  • Materi pelatihan dan praktek terpadu di lapangan;
  • Sarana belajar adalah lapangan usahatani (Agroekosistem);
  • Pelatihan selama satu siklus perkembangan tanaman (sesuai fenologi tanaman);
  • Kurikulum yang rinci dan terpadu;
  • Sarana serta bahan mudah dan praktis, serba guna, dan mudah  diperoleh dari lapangan;
  • Demokratis,  kebersamaan, keselarasan, partisipatif dan tanggung jawab.
Lahan/lapangan dan ekologi pertanian setempat yang hidup dan dinamis merupakan sarana belajar utama, jika diperlukan sarana belajar lain, maka hanya berupa ”Petunjuk Teknis”, yaitu petunjuk/pedoman langkah-langkah proses belajar.



BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1.   Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan Evaluasi Penyuluhan Dengan Metode SL-PHT Padi di Desa Ngino pada tanggal  4 desember 2012 sampai  19 februari 2013.
Lokasi kegiatan bertempat di Desa Ngino, Kecamatan Plemahan,  Kabupaten Kediri.

3.2.   Sasaran

Sasaran dari kegiatan Evaluasi Perilaku Dengan Metode SL-PHT Padi adalah petani di Desa Ngino, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri.

3.3.   Materi Kegiatan

Materi kegiatan yang akan dilaksanakan adalah evaluasi perilaku mengenai pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani tentang pengendalian hama di Desa Ngino, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri. Tetapi sebelumnya petugas melakukan penelusuran budaya (kultur) di daerah tersebut.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


            Dari hasil survey saya atau lebih tepatnya wawancara dan observasi dengan petugas SLPHT di kecamatan saya. Petugas yang saya wawancarai bernama Bapak Mujib, beliau satu-satunya  petugas SLPHT di kecamatan plemahan dan ternyata beliau lulusan dari UNIVERSITAS BRAWIJAYA.
            SLPHT adalah sekolah lapang pengendalian hama terpadu, SLPHT ini diperuntukan untuk para petani. Dan dari program SLPHT ini diharapkan para petani tidak panik  ketika terjadi serangan hama atau penyakit. SLPHT ini bertujuan untuk  menambah ilmu pengetahuan (wawasan) para petani dan mewujudkan petani yang mandiri.
            Dalam kegiatan SLPHT, masyarakat atau kelompok tani berkesempatan untuk mengembangkan keahliannya melalui proses pelatihan selama 1 musim tanam/sesuai fenologi tanaman padi. Kelompok tani SLPHT menganalisis agroekosistem di lahan/lapangan, mendiskusikan dan mempresentasikan kemudian membuat keputusan dan melaksanakannya.
Petani juga dapat belajar memecahkan permasalahannya melalui topik–topik khusus dengan petunjuk lapangan, dan studi petani. Kemampuan berdiskusi, pemecahan masalah, dan mengorganisir diri yang diperoleh melalui belajar dari pengalaman merupakan kemampuan yang sangat penting dan dibutuhkan untuk melatih petani lain. Pengalaman ini akan menjadi semakin sempurna apabila mereka kelak memperoleh TOT kepemanduan, sehingga siap menjadi Petani Pemandu (Petandu) SLPHT
Dalam SLPHT di desa ngino juga ada Game dan Postestnya untuk mengukur seberapa paham para petani dengan semua ilmu yang telah dilakukan.


Ø Prinsip – Prinsip PHT Dalam SLPHT
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) bukanlah sebuah pesan atau paket kegiatan, namun lebih daripada itu, PHT adalah sebuah strategi untuk mengelola pertumbuhan tanaman dan lingkungannya, sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal.
Terdapat empat prinsip manajemen yang mendasari PHT, sehingga dapat digunakan dimana saja sesuai dengan keadaan lahan setempat.  Adapun keempat prinsip tersebut adalah :
  1. Budidaya Tanaman Sehat
ü  Pemilihan bibit sehat dari varietas tahan hama penyakit, dan sesuai dengan kondisi setempat;
ü  Pengolahan tanah yang baik, pengairan cukup, dan pemupukan berimbang;
ü  Penyiangan gulma cukup.
  1. Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh Alami
ü  Menemukan dan mengamati musuh alami teman petani di lahan;
ü  Memelihara lingkungan lahan agar populasi musuh alami dapat berkembang. Dalam pandangan PHT, dihindari penggunaan pestisida yang dapat membunuh musuh alami.
ü   
  1. Pengamatan Berkala/Mingguan (Sesuai Fenologi Tanaman)
ü  Mengamati tanaman, tanah, air, cuaca, hama, penyakit, tikus, gulma, dan musuh alami;
ü  Menganalisis keadaan agroekosistem dan membuat keputusan untuk pengelolaan selanjutnya.
  1. Petani Ahli PHT 
ü  Dari prinsip-prinsip sebelumnya, diharapkan nantinya Petani sebagai manajer menguasai PHT serta bertanggung jawab terhadap  lahannya. Petani bisa terampil dan tidak panik ketika OPT menyerang.




Ø  Proses Belajar Melalui Pengalaman Petani
Proses belajar dalam SLPHT mengikuti daur belajar melalui pengalaman, yaitu melakuan (pengalaman), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (kembali melakukan).
Di dalam proses ini tidak ada murid dan guru. Bagi orang dewasa proses ini penting karena mereka belajar dari dirinya/pengalamannya sendiri. Pemandu lapangan hanya berperan membantu agar proses belajar berjalan dengan baik.
Orang akan lebih mudah berbicara tentang  dirinya  dan pengalaman yang dia lakukan  sendiri. Dalam SLPHT petani akan mengambil pengalamannya sendiri, berarti memberi kesempatan mereka untuk partisipasi aktif dalam proses belajar.
Petani lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan di lahannya daripada pemandu lapangan. Dengan menanyakan pengalaman mereka pemandu lapangan terhindar untuk melakukan ceramah di hadapan petani.

Ø  SLPHT Padi (Desa Ngino Kecamatan Plemahan)
Kelompok Tani “SUMBER BARU”

SLPHT Di Desa ini sangat berjalan dengan baik menurut penjelasan Pak Mujib Karena waktu itu para petani didesa ini mayoritas menanam padi. Jadi para petani sangat antusias untuk mengikuti SLPHT ini. Sebelumnya petugas menyewa dua petak sawah seluas 0,15 ha dan 0,28 ha untuk media pengamatan.
Untuk menarik minat petani petugas memberikan uang saku sebesar Rp.20.000 setiap pertemuan untuk para petani yang mengikuti program ini. Di Desa ini ada 25 petani yang mengikuti program ini dan dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari 5 orang.
            Para petani Menanam Padi dan diberikan wawasan tentang budidaya tanaman sehat, pendayagunaan musuh alami, dan melakukan pengamatan mingguan. Dari setiap kegiatan tersebut diharapkan petani terampil dalam pengendalian hama terpadu dan tidak panik ketika OPT menyerang.
            Pak mujib ini di Kecamatan Plemahan menjadi petugas SLPHT , menurut beliau masih dua desa program ini dilakukan di Plemahan. Yaitu di desa NGINO pada tahun 2013 dan SIDOWAREK pada tahun 2012. Dari dua desa tersebut hasilnya pun berbeda, di desa Sidowarek hasilnya kurang baik karena para petani kurang antusias dan serius mengikuti program ini (Mereka hanya ingin mendapatkan uang saku Rp.20.000). Sedangkan, di desa Ngino hasilnya sangat baik karena petani sangat antusias dan benar-benar mengikuti semua kegiatan dengan baik dan mengerti.









Selasa, 18 Juni 2013

tugas ekonomi mikro

TUGAS EKONOMI MIKRO
Nama                   : Arif  wahyu Setiawan
Nim            : 115040100113002
FP. AGRIBISNIS





Soal :
Kepuasan seorang konsumen dari mengkonsumsi barang X dan Y dicerminkan dengan fungsi utilitas U = f(x,y). Jumlah pendapatan konsumen Rp 10.000.000,- . Jika harga X dan Y masing-masing Rp 5.000.000,- dan Rp 2.000.000,- . Cari keseimbangan konsumen dengan kurva budged line-nya!

Ø  Di Jawab   :
Ø   
Diketahui               : I         = Rp 10.000.000,-
                               Px      = Rp   5.000.000,-
                               Py      = Rp   2.000.000,-
                               U       = X2 + Y2
                               M       = Px.X + Py.Y
                             10.10 6 = 5.106 X + 2.106Y
                                    10 = 5X + 2Y
                                        


Ditanya                  : . Keseimbangan konsumen =….. ?
                              









Dijawab                :
ü  Fungsi Lagrange
F(x,y)   = f(x,y) + 8(-Px.X - Py.Y + M)
            = x2 + y2 + 8(-5x -2y + 10)
            = x2 + y2 - 5x8 - 2y8 + 108

Agar F maksimum :
MF/My            = 0 à 2x - 58 = 0
                                81 = 2x/5 ……….. (1)
MF/Mx           = 0 à 2y - 28 = 0
                               82 = 2y/2
                               82 = y …………... (2)
MF/M8          = 0 à 5x + 2y – 10 = 0 …….… (3)

MUx/Px = MUy/Py à 81 = 82
MUx/Px = MUy/Py = 1
MUx/Px = 1
       2x/5 = 1
            x = 5/2

MUy/Py = 1
                         y = 1

Pembuktian :

MUx/Px = MUy/Py
     81 = 82
  2x/5 = y
        2(5/2)/5 = (1)
       1 = 1 à Terbukti

v Jadi, dapat disimpulkan bahwa kombinasi konsumsi 2,5 unit barang X dan 1 unit barang Y menmberikan kepuasan maksimum sehingga terjadi keseimbangan konsumen.