Blogger Widgets>

Always Keep The Faith

Selasa, 05 November 2013

marmut merah jambu

Marmut merah jambu

Judul: Marmut Merah Jambu
Penulis: Raditya Dika
Penerbit: Bukune
Cetakan: I, tahun 2010
Jumlah Hal: 218


Secara garis besar, buku ini adalah soal cinta. Buku ini dimulai dari suatu usaha Raditya Dika untuk memahami apa itu cinta melalui introspeksi ke dalam-pengalaman pengalamannya, tentu saja dengan gaya komedi. Dan hasilnya, ternyata cinta memang tidak pernah dapat dimengerti. Alih-alih seperti belalang sembah jantan yang rela mati dan dimakan kepalanya oleh belalang sembah betina setiap kawin, penulis merasa seperti seekor marmut merah jambu yang terus menerus jatuh cinta, loncat dari satu relationship ke yang lainnya, mencoba berlari dan berlari dalam roda bernama cinta, seolah-olah maju, tapi tidak..karena sebenarnya jalan di tempat.
Apa yang coba dituliskan di buku Marmut Merah Jambu ini adalah tentang pengalaman satu orang, yang terkadang juga dirasakan “dalam kejadian yang berbeda” oleh orang lain. Dimuat dalam potongan-potongan cerita, tapi intinya tetaplah sama: tentang bagaimana manusia pacaran, tentang manusia jatuh cinta, tentang pengalaman jatuh cinta. Dari mulai bagaimana jatuh cinta dengan diam-diam, sampai naksir orang via chatting. Dari mulai susahnya mutusin cewek sampai ditaksir sama cewek aneh. Dari mulai kita nembak cewek, sampai akhirnya membuat janji seperti lazimnya orang pacaran lainnya, seperti: “kita bakalan kayak gini terus”. Janji yang terkadang gak bisa ditepati.
Tapi yang paling menarik adalah bagaimana dia bisa menempatkan kalimat-kalimat yang serius (dan barangkali mengingatkan kembali kepada pembaca lainnya mengenai pengalaman hidupnya sendiri) diantara cerita-cerita kocak yang dimuat. Beberapa yang menarik diantaranya (menurut pandangan saya tentunya) di hadirkan di bawah ini:
“orang yang jatuh cinta diam-diam tahu dengan detail semua informasi orang yang dia taksir, walaupun mereka belum pernah ketemu:…” (3)
"Seperti yang ditulis Oscar Wilde: ‘Seperti dua kapal yang berpapasan sewaktu badai, kita telah bersilang jalan satu sama lain; tapi kita tidak membuat sinyal, kita tidak mengucapkan sepatah kata pun, kita tidak punya apa pun untuk dikatakan’…
…Hampir semua orang yang jatuh cinta diam-diam pernah menelepon orang yang mereka taksir dan langsung menutup telponnya kembali. Hal yang membedakan paling hanya jam mereka menelpon” (7)
“orang yang jatuh cinta diam-diam harus bisa melanjutkan hidupnya dalam keheningan” (14)
“pada akhirnya orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka Cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh. Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya butuhkan. Dan sebenarnya yang kita butuhkan hanyalah merelakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.” (16)
“Katanya, ‘Kalau dia suka sama lo, pasti dia SMS selamat malam atau ucapan terima kasih. Kalo gak, yah enggak’. Gue mengiyakan.
Malam itu gue menunggu. Entah SMS, atau telpon. Satu jam berlalu. Masih belum ada, SMS itu. Masih belum ada, telepon itu.
Malam itu, tidak ada apa-apa.
Tidak satu SMS pun.” (79)
“..’hmmm, inget. Dikit’ kata gue.
Pada kenyataannya, gue inget semuanya.
Gue inget semua detail kecil yang mungkin dia lupa….” (83)
“bagaimana dengan para jomblo abadi, yang mungkin mati sendirian? Bagaimana dengan orang yang memilih untuk tidak pernah mencintai orang lain? Atau, ini yang paling parah: bagaimana dengan orang yang cintanya selalu bertepuk sebelah tangan?
Mereka punya nama untuk itu: unrequited love.
Unrequited love, atau cinta yang tak terbalas, adalah hal yang paling bisa bikin kita ngais tanah. Untuk tahu kalau cinta kita tak berbalas, rasanya seperti diberitahu bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut. Rasanya seperti diingatkan bahwa kita, memang tidak sempurna, atau setidaknya tidak cukup sempurna untuk orang tersebut.” (91)
“Bagaimana dua orang bisa bertemu dan jatuh cinta? Bagi sebagian orang sesimpel mereka sekelas di sekolah, satu meja di tempat les, atau sang guru membuat mereka duduk satu meja. Bagi sebagian yang lain, tidak sesimpel itu…..
…..Bagaimana orang bertemu memang aneh, absurd dan kompleks. Tidak ada yang tahu pasti kapan soulmate bisa datang” (143)
"Dan gue, baru tahu, bahwa satu kalimat yang ditulis oleh seseorang bisa membuat kita gak bisa tidur semalaman" (148)
“For other people they see me as a clown, but for you, I show you the human” (158)
“…Kita duduk di bagian belakang, sementara beberapa lagu jazz standard dimainkan dengan perlahan-lahan. Gue menyender, dia juga menyender. Gua ingin memegang tangannya tapi tidak berani untuk membuat first move. Buat cowok, menunggu waktu yang pas untuk memegang tangan si cewek perlu kelihaian. Kalau kita memegang tangannya kecepetan, si cewek bisa-bisa ilfil. Kalau kita kelamaan, kita melewatkan kesempatan untuk membuat si cewek merasa diperhatikan….” (159-160)
“Lalu gue menghela napas, duduk di sebelahnya dengan manis.Diam dalam kenyamanan. Tanpa kata-kata, gue mencoba untuk mengkomunikasikan bahwa gue, sudah jatuh kepada dia.” (161)

" Gue menyebut ini sebagai sebuah cosmological coincidence, atau kebetulan kosmos, kebetulan yang dirancang oleh alam semesta. Semesta telah mengatur pertemuan kita. Lebih jauh lagi gue gak percaya pada kebetulan, gue lebih percaya pada pertemuan yang direncanakan diam-diam. Masing-masing dari kita punya garis kehidupan yang telah digambarkan. Dan masing-masing dari kita, kalau diizinkan, akan saling bersinggungan." (163)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar